Pendidikan Tanpa Batas: Festival Pancasila dan Semangat Kartini di SLB Kutim

OK Kutim — Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kutai Timur (Kutim) menggelar Festival Penguatan Karakter Pancasila yang dirangkaikan dengan peringatan Hari Kartini. Kegiatan ini berlangsung selama lima hari dan mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk perusahaan tambang seperti PT Kaltim Prima Coal (KPC), PAMA, serta instansi lainnya.
Kepala SLB Negeri Kutim, Haristo, mengatakan bahwa meskipun program Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) secara nasional telah dibubarkan, sekolah tetap melanjutkan kegiatan karena sudah menjadi program tahunan.
“Ini bagus untuk pembentukan karakter anak-anak. Walaupun P5 dibubarkan, kegiatan tetap kami laksanakan karena sudah terprogram. Apalagi karakter itu penting, seperti dulu waktu kita diajari Pendidikan Moral Pancasila,” jelas Haristo saat ditemui di sela kegiatan, Senin (21/4/2025).

Festival yang digelar ini mencakup pelatihan seperti pembuatan produk dari kunyit hingga budidaya jamur. Kegiatan juga dirangkaikan dengan peringatan Hari Kartini sebagai bentuk efisiensi anggaran.
“Kami tidak membebani orang tua karena sekarang tidak boleh lagi pungutan. Alhamdulillah, sekitar 75% kegiatan ini disponsori oleh perusahaan, seperti KPC, PAMA, P3 3A, KPP, dan Hotel Victoria,” tambahnya.
SLB Negeri Kutim saat ini memiliki sekitar 131 siswa yang terdaftar dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik), mencakup tiga jenjang pendidikan: SDLB, SMPLB, dan SMALB. Selain itu, sekolah juga menerima peserta non-Dapodik, seperti seorang siswa berusia 25 tahun yang belum pernah mengenyam pendidikan formal. Mereka tetap diberikan pelatihan dan pendampingan tanpa diskriminasi, meskipun tidak berhak menerima ijazah formal.

“Untuk siswa non-Dapodik, kami tetap memberikan surat keterangan telah belajar di sekolah. Mereka kami terima karena keinginan belajar, meskipun usia tidak memenuhi syarat sistem,” jelas Haristo.
Terkait program makan siang gratis dari pemerintah, Haristo menyebut bahwa hingga kini program tersebut belum berlanjut pasca simulasi awal yang pernah dilakukan di sekolah.
Sementara itu, untuk pelepasan siswa yang akan lulus, pihak sekolah tetap berencana mengadakan seremonial. Namun kegiatan tersebut dipastikan tidak akan membebani orang tua.
“Sumbangan boleh, tapi tidak boleh ada nominal ditentukan, tidak ada tenggat waktu, dan tidak memaksa. Itu sesuai arahan dari Dinas Pendidikan dan aturan tentang sumbangan yang bersifat sukarela,” tegasnya.
Susi Apriati, perwakilan KPC dari Departemen Community Empowerment, menyatakan apresiasinya atas kegiatan tersebut.
“Kegiatan ini sangat luar biasa. Nilai-nilai P5 seperti kerja sama, kepedulian, dan semangat sejalan dengan semangat Hari Kartini. Kami berharap program seperti ini bisa terus dilanjutkan,” ujarnya.(*/One)