Oleh: Faelasuf, S.Ag.,M.Pd.I (Dosen STAI Sangatta Kutai Timur)
Indonesia darurat Korona, itulah slogan yang santer didengungkan di berbagai media, baik media tulis, sosial, maupun media lainnya.
Ketika 227 orang (diawal) terjangkit virus Corona, bahkan sebagian diantaranya meninggal dunia maka para pemegang kebijakan mengeluarkan beberapa kebijakan, baik kebijakan dalam bidang keagamaan, kebijakan dalam bidang sosial, dan tak kalah pentingnya kebijakan dalam bidang Pendidikan. Penerbitan kebijakan tersebut sudah barang tentu menuai pro dan kontra, dan hal itu sudah merupakan kewajaran bila penerbitan kebijakan menuai kontra karena satu golongan merasa dirugikan, sebagian yang lain diuntungkan. Namun sebagai warga negara yg baik tetap harus menjunjung tinggi kebijakan yang dikeluarkan ulil amri.
Kebijakan Home Learning
Pada dasarnya kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan bahkan beragama, karena maju mundurnya suatu negara dilihat dari kualitas pendidikan warganya.
Suatu keadaan yang tidak pernah direncanakan oleh manusia sedang terjadi di hamper seluruh dunia, yaitu mewabahnya virus corona dimana virus ini berjangkit dengan cepat melalui udara, kontak fisik, dan bahkan melalui pakaian. Keadaan ini pun sedikit menggoncangkan dunia Pendidikan, aktifitas Pendidikan yg sedianya sudah tertata rapi dalam kalender Pendidikan “terpaksa” berubah dengan batas waktu tenggang dua pekan atau bahkan bisa lebih, disesuaikan dengan keadaan, dimana Menteri kesehatan mengumkan keadaan “aman” dari virus covid 19.
Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh dunia Pendidikan adalah sistem Home Learning atau biasa disebut dengan istilah belajar sendiri-sendiri di rumah dg dibekali “segudang” tugas yang harus diselesaikan oleh siswa dalam keseharian. Namun faktanya tidak sesuai dg yang diharapkan oleh dinas Pendidikan yang dalam hal ini adalah guru, banyak sekali fase-fase yg harus dilalui oleh tiga komponen pokok yang dapat mensukseskan home learning, yaitu guru, siswa, dan orang tua. Keterikatan ketiga komponen ini belum terjalin dg baik dan belum adanya kesadaran dari masing-masing komponen, mereka masih berjalan pada rel masing-masing yg muara akhirnya pun berbeda.
Ketika ketiga komponen dapat selaras dalam satu tujuan maka home learning akan mendapatkan beberapa hal yang berbeda dengan direct learning, antara lain:
- Menghemat waktu proses belajar mengajar
- Mengurangi biaya perjalanan
- Menghemat biaya Pendidikan secara keseluruhan (infra struktur, peralatan, buku)
- Menjangkau wilayah geografis yg lebih luas
- Melatih siswa lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan
Problematika Home Learning
Ketika siswa dibekali dg “segudang” tugas oleh guru untuk jangka waktu dua pekan, muncullah beberapa permasalahan baru, baik dalam diri siswa, guru, atau orangtua.
- Problem yang muncul pada diri siswa adalah ketidaksiapan siswa untuk belajar secara mandiri, lebih-lebih bukan sekedar belajar melainkan dituntut mengerjakan tugas-tugas yang tentunya siswa masih belum paham atau belum mengerti dengan materi-materi yang ditugaskan guru. Selain ketidaksiapan siswa, muncul masalah baru dalam diri siswa yakni ketika siswa siap dan sanggup untuk menyelesaikan berbagai tugas, problem baru yang muncul adalah proses kirim/transfer hasil kerja siswa ke guru. Sebagian guru mensyaratkan pengiriman hasil kerja melalui internet, WA, email dll dengan bentuk FDF, video, JPG, PNG dll sedangkan tidak semua siswa punya dan bisa untuk memformat sesuai dg yg diperintah guru. Ketidaksiapan siswa dg tuntutan teknologi yg diperintahkan guru merupakan salah satu “alasan” siswa untuk tidak mengerjakan tugas.
- Bagi orang tua adanya kebijakan Home learning menjadi problem baru, dimana orang tua disibukkan untuk dwifungsi atau bahkan multifungsi dalam keluarga. Bagi seorang ibu yang notebenenya adalah selalu di rumah sebagai pengurus rumah tangga, kini dipaksakan untuk dapat membimbing, menemani, dan bahkan mengajari anak-anaknya yg mengerjakan tugas-tugas sekolah atau bahkan seorang ibu berperan sebagai guru formal. Yang lebih ironis sebagian orang tua yang berperan sebagai siswa, artinya orangtua mengerjakan semua tugas-tugas anaknya.
- Bagi guru, kebijakan home learning merupakan sesuatu yang harus dipikir dan ditangani dg ekstra, guru mempunya tugas dan biaya tambah untuk mensukseskan home learning. Guru yang dalam aktifitas KBM normal hanya menyiapkan perangkat pembelajaran buat besok, namun dg home learning seorang guru harus menyiapkan bentuk-bentuk tugas yang sekiranya siswa mampu dan bias bekerja secara mandiri. Ketika format tugas telah tertata dg rapi, penyiapan perangkat pengiriman harus disiapkan berupa media WA, Inbox, Chat, Line, yahoomail dll yang dapat diakses semua siswa. Dalam tempo 3 hari atau satu minggu seorang guru harus kembali mengoreksi hasil kerja siswa-siswinya yg telah terkirim melalui media HP. Pada tahap ini, bukanlah kerjaan yang ringan bagi seorang guru, karena mengoreksi hasil kerja via media HP jauh lebih sulit dibanding mengoreksi manual, serta membutuhkan tambahan anggaran biaya untuk membeli kuota. Selanjutnya, guru kembali memformat tugas2 yg akan dikirim berikutnya ke siswa dg mempertimbangkan hasil2 yg sdh terbaca lewat pekerjaan sebelumnya. Inilah siklus pekerjaan guru dalam home learning yang tentunya hal ini merupakan problem tersendiri bagi pribadi guru khususnya dan Lembaga Pendidikan pada umumnya.
Pentingnya Guru dalam Pendidikan
Proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari peran seorang guru. Tanpa adanya guru pembelajaran sulit dilakukan, apalagi dalam rangka pelaksanaan pendidikan formal, guru menjadi pihak yang sangat vital. Guru memiliki peran yang paling aktif dalam pelaksanaan pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Guru melaksanakan pendidikan melalui kegiatan pembelajaran dengan mengajar peserta didik atau siswa.
Pada pembahasan ini tidak dirinci peran guru dalam pembelajaran (KBM) secara teoritis, tetapi lebih memaparkan betapa pentingnya seorang guru dalam Pendidikan (KBM), karena sangat ironis sekali, ketika guru harus mendekam dipenjara gara-gara mencubit siswa, guru diolok oleh orang tua siswa hanya karena mengukum siswa dg hukuman yg mendidik, dan lain-lain.
Mari kita melihat kegelisahan masyarakat dg adanya home learning, dimana hampir semua orang tua memerankan diri sebagai guru formal untuk semua mata pelajaran yang dipelajari anak-anaknya di sekolah, mampu tidak mampu orang tua harus berusaha mendedikasikan dirinya sebagai orang yang “mampu” dalam semua bidang. Namun apa kenyataan yang di dapat? Tak sedikit (bahkan mayoritas) orang tua yang dibuat bingung untuk mengatasi dan membimbing belajar anak-anaknya, satu tugas materi dari satu guru belum selesai materi yang lain sudah menunggu, ditambah dg tugas rumah tangga yang harus diselesaikan pula atau bahkan dalam proses mengajari anak-anaknya, sikap manja dan menjengkelkan anak selalu muncul. Maka ketika pemandangan ini sudah muncul di home learning yang dipandu orang tua, emosi yang diajukan orang tua yang menimbulkan pembelajaran gagal.
Kalau sudah demikian, masihkah (ada segelintir) orangtua yang menganggap rendah peran guru dalam pembelajaran? Masih tegakah mengolok guru di depan umum? Masih tegakah memenjarakan guru? Mari kita lihat 3 dari 9 peran guru dalam pembelajaran yang tidak bias diperankan oleh orangtua siswa di rumah:
Guru sebagai Informator. Di sini guru berperan sebagai pelaksana mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum, dan tentunya peran ini tidak bisa dimainkan oleh orangtua.
Guru sebagai Organisator. Pada point ini guru mengatur organisasi komponen-komponen kegiatan belajar harus diatur oleh guru agar dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri guru maupun siswa dan tentunya peran ini tidak bisa dimainkan oleh orangtua
Guru sebagai Motivator. Guru harus mampu memberikan rangsangan, dorongan serta reinforcement untuk mengembangkan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar. dan tentunya peran ini tidak bisa dimainkan oleh orangtua
Berdasarkan peran di atas, betapa pentingnya peran seorang guru dalam pembelajaran, guru merupakan motor, guru merupakan dalang, guru merupakan informator dan lain-lain, dimana semuanya tidak dapat diperankan oleh selain guru.
Virus Covid 19 yang mewabah di seluruh dunia khususnya Indonesia membuka lebar peran penting seorang guru dalam pembelajaran. Masyarakat dibuat melek dengan metode home learning akan arti pentingnya seorang guru dalam pembelajaran. Semoga hikmah Covid 19 derajat guru ditempatkan setinggi-tingginya di hadapan semua orang.